Terkadang, kita tidak perlu merasakan sendiri “sesuatu itu” untuk merasakan bahagia.
Cukup melihat dan mendengar juga bisa memancarkan aura kebahagiaannya sendiri.
Ahir2 ini, seseorang yang saya kenal merefleksi balik perjalanan hidupnya.
Seperti berbalik arah.
Dan menemukan jalannya.
Dulu dia pernah bercerita, bahwa hubungannya dengan sang ibunda tidak begitu dekat.
Karena mereka berbeda prinsip dan cara hidup.
Semakin mendekat, semakin rawan konflik.
Pernah beberapa kali dalam fase krusial untuk hidupnya, saya sarankan untuk meminta doa ibunya.
Karena itu adalah jalan ninja saya ketika akan melakukan sesuatu.
Minta doa ibu..
Karena seperti sugesti, tiba2 saja saya merasa All is well… beban hidup sebesar apapun akan lenyap.
Hati lega dan tenang.
Karena Doa ibu itu mustajab.
Dia penenang hati ketika akan ujian, dia penunjuk jalan ketika hilang arah, dia penerang ketika jalan yg dilalui dirasa gelap.
Tapi pada orang ini, kasusnya berbeda.
Dia enggan meminta doa ibundanya.
Karena dulu pernah melakukan itu, dan bahkan org tuanya tidak merespon apapun.
Tidak membalas wa dia.
Dan dia pun tidak tahu, apakah dia didoakan atau tidak. Karena tidak ada refleksi dr org tuanya.
Jadi dalam hatinya mgkn ada sedikit kekecewaan tapi tersimpan rapi dan menumpuk.
Luka pengasuhan, bahasa kekiniannya.
Suatu waktu dia bercerita, tiba2 ibunya menelpon ketika dia akan berjuang demi masa depannya.
Ibunya menyemangati dan mendoakan.
Masyaallah….
Dan keajaiban pun terjadi. Dia berhasil…
Berhasil menggapai impiannya. Padahal sudah sekian tahun dia gagal terus.
Percaya ngga percaya, sebesar itu dampak doa ibu.
Dan sekarang, mereka sedang merajut kembali hubungan yg retak itu.
Mereka lebih sering bertemu, mungkin saling mendoakan dalam sujud masing2.
Dan saya???
Adalah tim yg ikut senang melihatnya.
Dan saya yakin kedepannya bahwa hidup orang ini akan penuh keberuntungan, karena doa ibunya selalu mengiringi.
Love your mom..
Sering2 lah pulang dan lihat mereka.
Dengarkan kisahnya, walaupun tidak memberikan solusi.
Ingat… tugas kita mendengarkan.
Bukan kebalik, malah kita yg keluh kesah ke org tua tentang beban hidup kita.
Bapak saya dulu pernah bilang gini
“Kalo kamu mau org tuamu cepet mati. Caranya gampang kok.. kamu ceritakanlah semua kesulitanmu, keluh kesahmu, dan semua hal2 buruk tentangmu. Dijamin mati kilat akibat darah tinggi”
Saat itu bapak ngomong dalam keadaan becanda, dan saya pun merespon dengan ketawa, tp esensi kalimat ini sesungguhnya ngga maen maen.
Ini benar…
Karena org tua adalah org yg paling sakit ketika anaknya “luka”
Wajar jika mereka lebih kepikiran sampai tekanan batin dan darah tinggi.
Makanya, saya termasuk tipe yg anti berkeluh kesah ke org tua.
Saya sudah dianugrahi Allah, seorang suami dg kapasitas dan kualifikasi sebagai pendengar yg baik.
Dan itu cukup buat saya… menjadikan dia sebagai wadah keluh kesah segala sampah hidup saya.
Orang tua hanya perlu mendengar yg baik2 saja.
Bahkan sakit penyakit juga, saya jaraaaaang banget cerita.
Kadang2 ketauan dari video call, anak saya lg pakai plester kompres
“Aqso knp?”
Kemarin2 anak saya panas naik turun hampir semingguan, dan yg sulung gangguan pencermaan juga hampir semingguan.
saya tidak pernah cerita soal ini ke org tua.
Sampai mereka tau sendiri dan ujung2nya apa?
Ya saya juga yg kena marah
Org tua saya ngomel2 kenapa ngga kedokter????
Sementara saya adl emak santuy yg percaya imunitas anak akan mengatasi semuanya.
Selama tidak ada tanda bahaya, saya woles aja..
Saking tidak mau membebani pikiran org tua.
Tapi pas mudik ketauan juga.
Kok kurus??? Kok lemes???
Dan tetep aja saya lagi yang kena omel.
Begitulah org tua, sudah fitrahnya…
Sayang ke cucu melebihi ke anak.
Mungkin saya tua nanti (kalo umur panjang) tidak menutup kemungkinan akan begitu juga kelakuannya.
Hehehehe….